Teknik Pengambilan Sampel Plankton dan Kelimpahan Plankton

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL PLANKTON DAN KELIMPAHAN PLANKTON

Dosen Pengampu : Dr. Ani Suryanti, S.Pi, M.Si.

Image result for lambang universitas maritim raja ali haji

OLEH:
EVAN ROY HERDIWAN
160254242031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017








Sampling Plankton
Menurut Mustafa (2000) sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti. Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi,  maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan yaitu akurasi dan presisi. Akurasi atau ketepatan merupakan tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain, semakin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, maka semakin akurat sampel tersebut. Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi peneliti dengan karakteristik populasi.
Dalam mempelajari palnkton, tidak akan terlepas dari sampling plankton di lapangan. Teknik atau pencuplikan plankton dari perairan yang paling mudah umumnya dapat dilakukan dengan menyaring sejumlah massa air dengan jaring halus. Bergantung pada tujuannya Wardhana (1997) menyatakan bahwa sampling plankton dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif.

1.       Sampling Plankton Secara Kualitatif
Pencuplikan plankton secara kualitatif di perairan dapat dilakukan dengan menarik jala plankton baik secara horizontal maupun vertikal. Pada perairan yang banyak terdapat tumbuhan air pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan jala plankton bertangkai. Disamping jala plankton, ikan planktivor sering merupakan pengumpul plankton yang sangat baik. Ikan tersebut dapat mengumpulkan berbagai jenis plankton yang kadang-kadang tidak tertangkap jala. Untuk menghindari agar plankton yang dimakan tidak dicerna lebih lanjut, ikan yang diperoleh harus segera dibunuh.

2.       Sampling Plankton Secara Kuantitatif
Pada umumnya pengumpulan plankton secara kuantitatif dapat dilakukan dengan botol, jaring, atau pompa. Cara sampling seperti ini umumnya dilakukan untuk mengetahui kepadatan plankton per satuan volume dengan pasti.
a.       Botol
Alat pengukuran plankton yang sering digunakan antara lain adalah botol Nansen atau Kemmerer, Van Dorn dan botol biasa. Botol gelas bermulut lebar dan bertutup gelas dipasang pada tali dan diturunkan sampai kedalaman yang ditentukan dan air dibiarkan masuk ke dalamnya. Untuk mengumpulkan plankton secara vertikal pada kedalaman tertentu dapat digunanakan botol Kemmerer atau Nensen. Botol dikaitkan dengan tali dan diturunkan sampai kedalaman yang diinginkan. Pemberat (mesenger) kemudian diturunkan sehingga melepaskan kait tutup yang terbuat dari karet. Air yang tertampung dalam botol kemudian disaring dengan jala plankton (Wardhana. 1997).
Cara pengumpulan plankton seperti ini memiliki kekurangan karena plankton motil dapat menghindar masuk ke dalam botol. Sedangkan kelebihan alat ini antara lain ialah volume air dan kedalaman pengambilan sampel dapat diketahui dengan tepat.



 
Image result for Botol pengambil contoh plankton Van Dorn (b) Botol biasaImage result for Botol sampel untuk pengambilan sampel plankton

Gambar 2. Botol pengambil contoh plankton (a) Van Dorn (b) Botol biasa
(sumber: Arinardi dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) (1997))


b.       Pompa
Pompa yang cocok untuk mencuplik fitoplankton umumnya yang menggunakan gerakan memutar. Air dari kedalam tertentu dipompa melalui pipa yang telah diberi tanda. Pada ujung pipa perlu diberi pemberat agar tetap tegak lurus. Corong dipasangkan pada saluran masuk pipa untuk mencegah plankton motil menghindar. Garis tengah pipa perlu diseuaikan dengan daya hisap pompa. Air keluaran dari pompa disaring dengan jala plankton yang dibiarkan sebagian terendam dalam air untuk menjegah rusaknya plankton (Wardhana. 1997).
Kelebihan pengambilan dengan pompa adalah sama seperti pengambilan dengan botol yaitu volume air dan kedalaman pengambilan sampel dapat diketahui dengan tepat. Sedangkan kekurangannya adalah terbatasnya kedalaman yang dapat diambil karena kemampuan daya hisap pompa dan kemungkinan rusaknya plankton ketika melalui pompa.


c.        Jaring (Planktonet)
Asriyana et al (2012) menyatakan bahwa jaring plankton mula-mula diperkenalkan oleh Yohannes Miller (1846) yang dikenal dengan nama “jaring plankton tarik”. Banyak alat yang telah diciptakan untuk koleksi plankton, tetapi yang banyak digunakan adalah alat berbentuk jaring. Penggunaan jaring ini selain sangat praktis juga sampel yang diperoleh cukup banyak. Jaring plankton umumnya berbentuk kerucut dengan berbagai ukuran tetapi biasanya panjang jaring sekitar 4-5 kali garis tengah mulutnya. Bahan jaring dibuat dari kain yang digunakan untuk menyaring berbagai ukuran butir (bolting silk cloth) atau nilon. Bolting silk terbuat dari benang sutera halus yang mata jaringnya dirancang untuk tidak mudah berubah.
Jaring berfungsi untuk menyaring air serta plankton yang berada di dalamnya. Oleh karena plankton yang tertangkap sangat tergantung pada ukuran mata jaring maka ukuran mata jaring yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan diamati. Untuk perairan dangkal  di daerah tropis, Wickstead (1965) menganjurkan untuk menggunakan mata jaring dengan ukuran 30-50 µm untuk fitoplankton dan zooplankton kecil. Apabila digunakan mata jaring kecil maka jaring harus ditarik lebih lambat agar air tersaring dapat keluar dengan lancar (Arinardi et al. 1997).
Dalam keadaan tertentu, ada pula peneliti yang mengambil plankton dengan cara menciduk dengan ember atau gayung. Pengambilan sampel plankton dengan cara ini tidak dianjurkan karena terlampau bias. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arinardi et al (1997) bahwa plankton tidak tersebar merata baik secara horizontal maupun vertikal dan plankton juga dapat melakukan migrasi harian. Di bagian akhir ujung jaring  terdapat alat untuk menampung plankton yang terkumpul. Alat penampung ini biasanya berbentuk tabung yang mudah dilepas dari jaring. Pada prinsipnya, tabung penampung harus memenuhi dua syarat yaitu, pertama dapat dengan cepat dan mudah dioperasikan di laut dan kedua tidak menampung air terlalu banyak. Tabung penampung plankton yang diciptakan oleh Z. Nakai (Jepang) cukup baik untuk sampel berukuran sedang.
Dalam penelitian plankton untuk analisis kuantitatif (kelimpahan), diperlukan data tentang volume air yang tersaring melalui jaring sehingga plankton dapat dinyatakan dalam sel atau ekor per m3 air tersaring. Untuk keperluan ini digunakan alat pencatat masuknya air ke dalam jaring yang dikenal sebagai flowmeter (Asriyana et al. 2012).

Image result for planktonet

Gambar 4. Jaring plankton (Planktonet)
(sumber: Arinardi dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) (1997))

Selain alat-alat tersebut, Wardhana (1997) menyatakan bahwa Continous plankton recorder (CPR) juga merupakan salah satu alat pengumpul plankton yang ditarik dengan kapal. Di dalam alat CPR terdapat dua gulungan jala dengan mesh 270μm. Selama ditarik kapal, sampel plankton akan tertampung pada jala dan digulung sedemikian rupa dalam satu tangki berisi larutan formalin. Plankton yang terkumpul kemudian diangkat untuk di cacah dilaboratorium.
Cara sampling yang digunakan juga tergantung pada tujuan yang diinginkan. Arinardi (1997) mengelompokkan metode sampling atas :
a.       Horizontal
Dengan cara ini plankton diambil secara mendatar (horizontal)  di permukaan air atau di lapisan bawah air yang diinginkan. Jaring ditarik untuk jarak atau waktu tertentu dengan kecepatan tetap. Dari pengambilan cara ini akan didapatkan jumlah plankton cukup banyak walau hanya pada lapisan tertentu.



b.       Vertikal
Jaring diturunkan pada kedalaman yang diinginkan dengan pemberat di bawahnya (biasanya 10 kg untuk diameter mulut jaring 0,45 m). Setelah itu, jaring ditarik dengan kecepatan konstan. Untuk jaring halus biasanya ditarik dengan kecepatan 0,5 m/detik dan untuk jaring yang agak kasar adalah 1,0 m/detik. Sudut antara kawat jaring dan garis vertikal sebaiknya dicatat untuk menentukan kedalaman pengambilan.


c.        Miring (Oblique)
Dalam cara ini, sebuah pemberat diikat diujung kawat dan jaring dipasang pada jarak tertentu dari ujung kawat. Kawat ini diturunkan secara perlahan ketika kapal bergerak dengan lambat (sekitar 2 knot). Besar sudut kawat dengan garis vertikal (sekitar 45o) tetap dipertahankan sampai kawat terulur pada panjang yang diinginkan (biasanya pada kedalaman 200-300 m). Dengan besar sudut tetap sama, kawat dengan jaringnya ditarik ke atas kapal.




 






Masih banyak alat dan cara yang digunakan dalam sampling plankton tergantung kepada tujuan pengambilan sampel plankton tersebut. Ada pula usaha-usaha untuk menyeragamkan penggunaan alat dan metode pengambilan plankton sehingga hasil yang diperoleh dapat segera dibandingkan. Salah satu usaha itu adalah penggunaan jaring NORPAC (North Pacific Net) yang dihasilkan oleh The North Pasific Oceanographic Conference yang di selenggarakan di Honolulu (Amerika Serikat) dalam bulan Februari 1956. Spesifikasi jaring ini adalah diameter mulutnya 0,45 m, panjang 1,80 m, lebar mata jaring 0,33 mm dan jaring yang berbentuk kerucut. Pada waktu sampling, di tengah mulut jaring dipasang alat pencatat volume air yang masuk (flowmeter) dan pengambilan sampel dilakukan secara vertikal atau miring dengan kecepatan 1,0 m/detik dari kedalaman 150 meter (Arinardi et al. 1997).

Kelimpahan Plankton (pencacahan)
Pencacahan plankton merupakan suatu proses tahapan yang dilakukan untuk menghitung kelimpahan dari setiap jenis plankton yang ada dalam suatu perairan. Pencacahan jenis dilakukan pada sampel air yang sebelumnya sudah diambil dari perairan, baik melalui penyaringan maupun tanpa penyaringan dengan plankton net..
kompenen yang harus diketahui untuk menentukan kelimpahan plankton dalam suatu perairan yaitu: volume air yang disaring, volume air yang tersaring, volume air di bawah cover glass, serta luasan cover glass dan bidang yang diamati. Luasan bidang yang diamati sangat ditentukan oleh alat serta metode yang digunakan dalam pencacahan plankton. Peralatan dalam pencacahan plankton terdiri atas:

1.      Glass object dan cover glass
merupakan peralatan standar yang umumnya digunakan dalam pengamatan mikroorganisme, termasuk plankton.
2.      Sedgewick Rafter Counting Chamber (SRC)
merupakan alat yang dilengkapi dengan semacam wadah kecil, bervolume 1 mL, yang dilengkapi dengan kotak-kotak berukuran 1x1 mm (total 1000 kotak). SCR merupakan alat yang paling umum digunakan dalam pencacaham plankton yang berasal dari alam.
3.      Haemocytometer
Alat ini umumnya digunakan untuk melakukan pencacahan plankton yang homogen (plankton yang berasal dari hasil kultur).

Pencacahan plankton dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu:
a.     Metode sensus
dikenal dengan metode sapuan. Melalui metode ini, semua wilayah yang berada di bawah gelas penutup harus diamati. Sehingga luas pengamatan akan sama dengan luas gelas penutup. Metode ini membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi nilai keterwakilannya paling tinggi dibandingkan metode lain.
b.      Metode lapang pandang
 dilakukan dengan mengamati plankton pada titik tertentu yang sudah dipilih. Umumnya titik yang dipilih dianggap dapat mewakili air yang berada di bawah gelas penutup. Luasan lapang pandang setara dengan luas 1 lapang pandang dikali dengan jumlah lapang pandang.
c.       Metode strip
dilakukan dengan mengamati 1 baris lapang pandang (baik secara vertikal ataupun horisontal). Jumlah strip yang diamati tergantung pada keinginan pengamat.

Setelah menentukan metode yang digunakan dalam pencacahan plankton, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan identifikasi dan pengamatan plankton menggunakan mikroskop. Jika sampel terlalu padat, sampel bisa diencerkan menggunakan akuades. Jumlah pengenceran dicatat dan akan dijadikan pengali untuk faktor pengencer pada saat penghitungan kelimpahan. Pada setiap lapang pandang, dicatat jenis plankton yang dijumpai serta jumlahnya. Buku identifikasi diperlukan dalam upaya mengenali jenis plankton tertentu. Setelah seluruh lapang pandang diamati, maka dapat kelimpahan plankton dapat dihitung.

SUMBER PUSTAKA
Mustafa Hasan. 2000. Teknik Sampling. http:// home.unpar.ac.id. [14 April 2013]
Wardhana Wisnu. 1997. Teknik Sampling, Pengawetan dan Analisis Plankton. [Jurnal] Jakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. 12 halaman
Romimohtarto Kasijan dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta : Penerbit Djambatan. hlm 36-39
Apriadi tri.2017.penuntun praktikum planktonologi.tanjungpinang;manajemen sumberdaya perairan

Komentar

  1. akhirnya sisi liar ku pun sirna setelah mmbacanya😇

    BalasHapus
  2. Setelah membaca akhir nya mendapatkan hidayah 😂

    BalasHapus
  3. mantap sangat bermanfaat��

    BalasHapus
  4. Dari ketiga metode tersebut, sebaiknya kita menggunakan metode yang mana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika anda benar-benar ingin mengetahui/mencacah plankton dengan baik saya sarankan menggunakan metode sensus , jadi anda akan mengetahui banyak jenis yang ada dalam suatu perairan

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Terimakasih kasih ya, mungkin kedepannya saya akan menggunakan metode sensus dalam pencacahan

      Hapus
    4. Iya sama sama mas . Terimakasih atas komentarnya

      Hapus
  5. Jika teman-teman ada pertanyaan yang mungkin masih mengganjal dan tinggal di dalam hati mengenai teknik sampling dan kelimpahan plankton , mohon ditanyakan kepada saya . Saya akan menyajikan informasi yang sangat mudah untuk anda pahami seperti motto setiap tulisan saya "Simple but Paham" Terimakasih.

    BalasHapus
  6. Makasih, bacaan nya membantu menambah wawasan

    BalasHapus

Posting Komentar